Monday, November 29, 2010

Inilah Kisah tiga remaja 50 hari di tengah Lautan Pasifik

remaja pasifik

Edward dan dua sepupunya mengatakan sempat putus asa.

Salah seorang dari tiga remaja yang terombang-ambing selama 50 hari di Lautan Pasifik menuturkan pengalamannya.

"Kami berdoa setiap hari semoga ada orang yang menyelamatkan kami," kata Etueni Nasau (14 tahun), yang lebih dikenal dengan nama Edward.

"Kami sempat putus harapan dan memperkirakan kami akan mati," kata Edward di rumah sakit di Fiji kepada kantor berita AFP.

Edward dan dua saudara sepupunya, Samuel Pelesa dan Filo Filo (keduanya berusia 15 tahun), pada akhir September berlayar menggunakan perahu kecil di Kepulauan Tokelau, wilayah administratif Selandia Baru.

Namun di tengah jalan mereka kehabisan bahan bakar dan perahu mereka terseret arus hingga 1.300 kilometer jauhnya. Perjalanan pendek berubah menjadi perjalanan panjang selama hampir dua bulan.

Edward mengatakan dia dan dua sepupunya bisa bertahan dengan memanfaatkan air hujan dan ikan-ikan kecil yang mereka tangkap, setelah perbekalan yang mereka bawa habis.

"Kami menangkap ikan-ikan yang melompat ke perahu kami," kata Edward.

BURUNG CAMAR

Ia juga mengungkapkan Samuel berhasil menangkap seekor burung camar yang hinggap di perahu mereka. Burung ini mereka bagi bertiga.

Pada suatu malam, mereka pernah melihat lampu di kejauhan yang diperkirakan adalah kapal, namun mereka menyadari sepertinya awak kapal tidak mungkin melihat mereka.

"Kapal tersebut terlalu jauh. Jadi kami hanya bisa terduduk melihat kapal itu melintas di kejauhan," kata Edward.

Maut sepertinya memang belum bersedia menjemput ketiga remaja ini. Rabu pekan lalu kapal penangkap tuna Selandia Baru melihat mereka.

"Saya sangat senang kami akhirnya diselamatkan oleh nelayan," kata Edward. "Saya tidak sabar untuk bertemu keluarga saya di Tokelau."

Harapan ini akan segera terwujud. Bila tidak ada perubahan, Edward akan diterbangkan ke Tokelau hari Senin (29/11) ini.

No comments:

Post a Comment